Wednesday, 26 December 2012

Transportasi: Indonesia vs Eropa



            Berdasarkan film People Oriented City: “Cycling Friendly Cities” mengenai keadaan transportasi di Negara Denmark, Belanda, dan Belgia, saya dapat mengetahui betapa besarnya perbedaannya dengan keadaan transportasi yang ada di Indonesia. Dari film tersebut sangat terlihat bahwa di negara-negara tersebut, bersepeda merupakan sebuah budaya yang sudah sangat melekat pada masyarakat. Di Denmark misalnya, 33% masyarakat negara tersebut menggunakan sepeda sebagai alat transportasi untuk aktivitas sehari-hari. Sedangkan di Belanda sebanyak 44% dan di Belgia sebanyak 40%. Terbukti bahwa bersepeda merupakan suatu hal yang membudaya di Negara-negara tersebut. Hal ini juga terlihat dengan adanya puluhan bahkan ratusan sepeda diparkirkan di berbagai tempat umum seperti sekolah, supermarket, perkantoran dan lain sebagainya. Budaya bersepeda tidak hanya dilakukan oleh beberapa kalangan saja namun oleh semua kalangan dari semua status sosial yang ada di negara-negara tersebut, dari rakyat kecil hingga pejabat. Bersepeda bahkan sudah diajarkan sejak dini kepada anak-anak seperti aturan-aturan di jalan dan rambu-rambu yang harus diperhatikan ketika bersepeda di jalan. Menurut mereka, bersepeda merupakan sebuah kegiatan yang dapat menyehatkan tubuh karena dapat berolahraga, ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara, murah karena tanpa bahan bakar, tidak menimbulkan suara, efisien, tidak membutuhkan tempat yang luas dan juga dapat mempererat hubungan dengan sesama karena seringnya bertemu dan berinteraksi selama bersepeda. Di samping itu, pemerintah sangat mendukung masyarakat dengan adanya budaya bersepeda tersebut dengan memfasilitasi pengguna sepeda dengan optimal. Pemerintah menyediakan jalan khusus sepeda serta tempat parkir sepeda yang  memadai. Pada jalur khusus sepeda, terdapat rambu lalu lintas, lampu merah, dan terowongan. Bahkan, ada jembatan penyeberangan dengan jalur khusus sepeda. Pemerintah memberikan kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung budaya bersepeda ini. Bahkan di Kolombia terdapat kebijakan adanya hari bebas mobil dimana semua elemen masyarakat meninggalkan mobil dan menggunakan sepeda atau transportasi umum seharian penuh. Sistem lalu lintas yang tertata rapi membuat pengendara sepeda merasa aman. Hal ini membuat masyarakat merasa sangat nyaman berada di tengah kota dengan suasana yang bersih, menyenangkan dan penuh kedamaian.
            Melihat suasana transportasi yang ada di Negara Denmark, Belanda maupun Kolombia, miris rasanya mengetahui keadaan system transportasi Indonesia yang jauh dari kenyamanan. Bukan budaya bersepeda, namun yang ada adalah budaya macet dan polusi dimana-mana. Berdasarkan studi JICA Transportation master Plan Study 2004, akibat kemacetan tersebut, kerugian ekonomi diperkirakan mencapai total Rp. 5.8 trilliun / tahun, Biaya operasional kendaraan menjadi Rp. 3,2 trilliun / tahun. Banyak permasalahan mengenai system transportasi di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah banyaknya kendaraan umum. Jumlah kendaraan naik pesat dari hari ke hari, hal ini tentu membuat jalanan semakin padat. Hal ini tentu akan menimbulkan semakin bertambahnya kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Di samping itu juga akan menimbulkan polusi udara yang semakin parah. Kemudian mengenai keadaan jalan dan minimnya jalur di Indonesia juga merupakan salah satu penyebab permasalahan system transportasi negara ini. Banyak ruas-ruas jalan di berbagai wilayah di Indonesia yang tidak layak untuk dilewati seperti adanya jalan yang berlubang ataupun aspal yang rusak. Banyak juga ditemui jalan-jalan sempit ramai pengendara sehingga kembali akan menimbulkan bertambahnya kasus kecelakaan lalu lintas. Di samping itu, birokrasi di negara ini tak kunjung juga membaik. Beberapa jalur yang berhubungan dengan Lantas seperti SIM dan lain-lain, semuanya bisa di sogok. Banyak masyarakat yang dalam pembuatan SIM menggunakan jalur yang tidak sepatutnya yaitu dengan menyogok aparat, jadi walaupun tidak begitu paham rambu dan tidak begitu lihai berkendara bisa mendapatkan SIM. Efeknya banyak pengendara yang tidak mempedulikan rambu. Melihat kondisi seperti ini pemerintah seharusnya membuat kebijakan yang tepat untuk memperbaiki sistem transportasi di Indonesia. Pemerintah juga harus memperbaiki infrastruktur serta fasilitas yang memadai dalam sistem transportasi di Indonesia misalnya dalam hal jalan raya ataupun transportasi umum. Hal ini harus dilakukan dengan optimal dan komitmen yang tinggi pada pemerintah dalam menanggulangi permasalahan dalam bidang transportasi ini sehingga masyarakat Indonesia merasa nyaman walaupun berada di tengan kota.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar :)